Apakah kamu
pernah, atau bahkan sering, terlambat, tidak menyelesaikan tugas tepat waktu,
minim mengambil tanggung jawab terutama sebagai pemimpin, atau ditegur karena
perilaku? Tentu beberapa dari kita pernah merasakannya. Apakah salah satu
faktornya karena kita tidak paham, bagaimana karakter yang baik itu sebenarnya
terdiri dari apa?
Kegelisahan
akan minimnya sarana yang befokus dalam pendidikan karakter, menjadi dasar
pelaksanaan One Day TRAIN. TRAIN
sendiri memiliki kepanjangan “What It Means To Be a Smart and Good Students in
FKUI”.
Apa
Saja yang Dilakukan?
Kegiatan
dilaksanakan sekitar pukul 13.00-21.00 di Salemba, Jakarta Pusat. Sesi dimulai
dengan team building untuk saling
mengenal dan mengeratkan empat peserta. Selanjutnya, dimulailah diskusi tentang
“Menjadi Mahasiswa yang Cerdas dan Baik”, dilanjut diskusi bersama Prof. dr. R.
Sjamsuhidajat, SpB-KBD. Sesi ditutup dengan diskusi akhir dan peserta
ditugaskan untuk membuat refleksi apa yang mereka dapatkan hari ini.
Tanggapan
Peserta terkait One Day TRAIN
Bagus Ramasha Amangku:
“Sebagai
mahasiswa kedokteran, kami diberitahu agar mengembangkan soft skill dan juga
latih diri sendiri agar menjadi dokter yang berkarakter di masa depan. Jadi,
waktu-waktu kami di FKUI sekarang jangan diisi dengan belajar saja. Saya setuju
sekali dengan perkataan tersebut, karena jika hanya mengandalkan dan mengasah
intelegensi saja, akan menjadi bahaya terhadap individual itu sendiri dan juga
masyarakat, karena akan membentuk output seseorang yang sangat pintar namun
tidak bermoral.”
Muhammad Prasetio Wardoyo
“Seorang
mahasiswa, yang bukan hanya merupakan wujud kelompok cendekiawan namun juga
merupakan bibit-bibit pemimpin bangsa di masa depan, haruslah memiliki
intelektualitas dan moral yang baik. Jika kita hanya mengejar intelektualitas
tanpa memperhatikan sedikitpun moral, maka kita dapat menjadi orang-orang yang
cerdas namun tidak memiliki iktikad untuk menghadirkan kebaikan bagi sekitarnya
ataupun bangsanya. Sebaliknya, hanya mengedepankan moral namun meninggalkan
intelektualitas akan menghasilkan generasi yang baik namun lemah.”
Fadhli Mahri
“Apakah
standar dalam menjadi dokter yang cerdas dan baik? Ternyata standar itu telah
ada dalam suatu dokumen yang disebut SKDI. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Suatu standar yang dibuat oleh sejawat kita dalam Konsil Kedokteran Indonesia
dengan penuh pertimbangan. Salah satu pelajaran besar yang juga saya dapatkan
kemarin. Salah satu hal yang juga sangat saya sayangkan karena hal ini bahkan
belum pernah saya dengar sebelumnya.”
Muhammad Qolby Lazuardi
“Mengenai afek juga ada hal yang saya
dapatkan dari diskusi dengan Prof. R Sjamsuhidajat SpB-KBD kemarin, yaitu
bagaimana pembawaan beliau selama berdiskusi membuat dari saya pribadi bisa
lebih nyaman untuk berbicara dan mengemukakan pendapat, karena kalau saya
perhatikan setiap ada dari kami yang bicara, beliau selalu mengapresiasi
pendapat orang tersebut.”
Bagaimana
Hasil Evaluasi Pemahaman Peserta?
Evaluasi pemahaman dilakukan dengan
pretes dan postes pada peserta. Data disajikan dalam bentuk persentase yang
menjawab benar, kecuali disajikan lain.
No.
|
Pertanyaan
|
Pretes
|
Postes
|
1.
|
Profesionalisme dan humanisme adalah 2 nilai
inti praktik kedokteran
|
100%
|
100%
|
2.
|
Menurut teman-teman, apa perbedaan antara cerdas dan baik?
|
Cerdas: otak, cepat dan luas, IQ EQ SQ. Baik menyangkut orang lain,
hati nurani, moral.
|
Cerdas: kemampuan inteklektual, kognitif. Baik: moral.
|
3.
|
Apa yang teman-teman pahami mengenai pendidikan
karakter?
|
Mempelajari karakter masing-masing orang.
Memperbaiki sifat menyimpang.
|
Pendidikan yang mengkombinasikan nilai
profesionalisme dan humanisme. Memanusiakan manusia sesuai kebenaran dan
kebaikan
|
4.
|
Di Indonesia, apa indikator universal yang dapat digunakan sebagai
basis kegiatan kemahasiswaan agar hasilnya sejalan dengan profesi dokter?
|
25%
|
75%
|
5.
|
Apa 1 value inti praktik kedokteran menurut
kamu?
|
Pertolongan, integritas, care, empati
|
Karakter, profesional, empati, integritas
|
6.
|
Penerapan sistem masuk Fakultas Kedokteran hanya perlu mengukur
kualias kecerdasan
|
100%
|
100%
|
7.
|
Yang terpenting dalam pendidikan adalah
pendidikan humanisme
|
25%
|
100%
|
8.
|
Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab satu-satunya melalui
kegiatan kemahasiswaan
|
75%
|
75%
|
9.
|
Standar dokter di Indonesia menggunakan 5
stars doctor
|
100%
|
100%
|
10.
|
Di FKUI menggunakan budaya 7 stars doctor
|
25%
|
25%
|
Pesan
untuk Kamu
Tahukan
kamu, salah satu tujuan pendidikan adalah menciptakan pribadi yang cerdas dan
baik? Kecerdasan, dibentuk melalui performance
character, dengan dimensi di dalamnya seperti menentukan tujuan, komitmen
untuk terus belajar, kreatif, dan inisiatif. Kebaikan, dibentuk melalui moral character, dengan dimensinya
seperti saling menghormati, kasih sayang, integritas, keadilan, dan tanggung
jawab terhadap orang lain.
Performa tanpa moral akan menjadi powerful evils.
Moral tanpa performa akan menjadi pathetic angels.
Tahukah
kamu, bahwa tujuan dari pendidikan kedokteran sebenarnya mengarahkan mahasiswa
mempunya kedua dimensi itu? Hal ini dituliskan dalam Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI) 2012.
Gambar 1.
Tujuh area kompetensi kedokteran.1
Tujuh area
kompetensi ini telah dijabarkan secara rinci dalam komponen masing-masing
kompetensi. Sangat penting bagi kita, calon dokter atau dokter Indonesia,
memahami apa sebenarnya yang menjadi tujuan pendidikan kedokteran saat ini.
Hal-hal seperti empati, merenspon dengan baik umpan balik, terus mengevaluasi
diri, memahami aspek biopsikokultural adalah sedikit dari penjabaran tersebut,
tentu di samping memahami dengan baik kompentensi klinis sebagai seorang
dokter.
Sebagai
catatan, FKUI sendiri dalam Kurikulum Fakultas 2012 memiliki tiga area
kompetensi tambahan yaitu (1) riset, (2) pengelolaan kegawatdaruratan kedokteran
dan kesehatan, dan (3) manajemen pelayanan kesehatan. Selain itu, FKUI juga
memiliki nilai budayanya sendiri, yang disebut dengan nilai budaya FKUI-RSCM.
Gambar 2.
Nilai budaya FKUI-RSCM.2
Kelima
nilai ini seringkali disingkat dengan I PRO EXCELLENCE CARE (Integritiy, Professionalism, Care for
others, Collaborative, Excellence).
Mengapa
penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal di atas? Perumusan hal-hal tersebut
tentu melalui studi panjang dan pengalaman. Dengan memahami dan mempersiapkan diri,
seorang dokter yang ideal serta dibutuhkan bangsa Indonesia adalah hasil yang
akan tercapai. Karena, menjadi cerdas saja tidaklah cukup!
Fadhli Waznan
Rizta Aulia Widyana
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Daftar
Pustaka:
- Konsil
Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: 2012. p.
1-90.
- RSCM-FKUI.
Rencana Strategis Bisnis RSCM-FKUI 2015-2019. p. 16.