Monday, October 14, 2013

Road to FKUI : Keajaiban Do'a dan Pengorbanan

Assalamualaikum Wr. Wb.


Wah setelah sekian lama mengacuhkan tak menulis di blog ini, akhirnya saya kembali memiliki waktu untuk kembali mengasuhnya hehe. Saat ini saya mau berbagi salah satu pengalaman hidup saya, mungkin sejauh ini salah satu yang paling membahagiakan. Ya, diterima masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN).


Bismillah, semoga saya menulis ini terlepas dari segala rasa kesombongan dan riya, tapi semata-mata ingin membagi pengalaman hidup yang semoga kita semua bisa mengambil pelajaran di dalamnya. Maka sebelumnya saya mohon maaf ya apabila ada kata-kata yang terlalu cantik dan kece (?).

Syukur Alhamdulillah tak terhingga saya panjatkan ke hadirat Allah, karena Subhanallah, ini benar-benar adalah suatu karunia dari-Nya, mengingat usaha yang saya lakukan. Sebuah keajaiban dari doa dan pengorbanan. Semua dimulai saat saya kecil. *jeng jeng*

Dari kecil saya memang berniat dan bercita-cita menjadi dokter. Waktu terus bergulir, hingga saya memasuki dunia SMA, SMA Negeri 39 Jakarta. Mungkin bisa dibilang saat-saat SMA inilah beberapa orang mengalami kegalauan remaja menyambut masa kuliah karena harus mulai menentukan jurusan dan tujuan selanjutnya. Entah beberapa orang cita-citanya mulai berubah, mungkin karena tak yakin akan kemampuannya, tapi semoga memang itu yang terbaik baginya. Saya pun masih memiliki tekad baja untuk menjadi dokter, dan akan berusaha mencapai tujuan tersebut menghadi berbagai resiko.

Saat memasuki kelas 11, bisa dibilang nilai saya naik turun. Apalagi kelas 10 nilai PKn saya pernah mendapat nilai 6. Di kelas 11 ini saya juga aktif organisasi, aktif benar-benar. Mungkin sedikit menyita perhatian. Tapi tetap saya usahakan untuk membagi waktu antara belajar dan organisasi. Hingga semester 3 rangking di kelas saya lumayan turun, 12 dari 40 siswa.

Di semester 2, saya ikut OSN Biologi. Karena saya berpikir bisa sekalian belajar untuk materi-materi biologi SMA, di samping organisasi saya. Dan ikut olimpiade cukup membantu nilai naik. Walau akhirnya kandas sampai tingkat provinsi, Alhamdulillah saya menutup buku semester 4 dengan rangking 6.

Beranjak ke kelas 12 tahun 2012 1433 H, di sini mungkin titik baliknya. Saya sadar kesempatan saya untuk memperbaiki nilai meraih jalur SNMPTN undangan hanya tersisa di semester ini. Maka saya targetkan nilai saya harus bagus di semester 5 ini. Hingga  memasuki regenerasi organisasi, saya lepas semua jabatan dan saya tinggalkan semua organisasi untuk fokus belajar.

Waktu bergulir, hingga masuk ke Ramadhan 1433 H, Ramadhan di kelas 12. Benar-benar Ramadhan indah dan perjuangan, disini pulalah saya begitu memaksimalkan ibadah dan ikhtiar saya. Memasang target-target ibadah, berdo'a, itikaf, qiyamullail, saya maksimalkan di Ramadhan ini. Saya berdo'a, "Ya Allah, izinkan saya untuk bisa kuliah di FKUI ya Allah." Begitulah, sampai tak terasa satu bulan telah lewat.

Haha mungkin pembaca berpikiran saya sedikit lebay dan berlebihan, tapi ya begitulah, cita-cita saya menjadi dokter memang sudah terpatri dalam ingatan dan kemauan semenjak kecil, dan saya berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkannya.

Oke kembali ke cerita, singkatnya saya begitu memaksimalkan momen belajar dengan guru di kelas, saya pahami dan kuasai materi pelajaran. Hingga sampai ke bagi rapot semester 5, Alhamdulillah saya finish di peringkat ke 3, dibawah Ratih Istiqomah (Akuntansi-UI '13) dan Billie Naldo Herlambang (STEI-ITB '13).

Masuk ke semester 6, di sinilah sebuah perjuangan kembali dibakar. Semangat membara, saya fokus untuk belajar (walau jujur saya belajar paling sesekali, sampai jam 10 terus tidur). Fokus saya satu, apa yang saya dapatkan di sekolah saat di kelas harus benar-benar mengerti, saat itu juga, menguasai. Jika tidak bisa akan saya pelajari malamnya saat di rumah. SMA itu saat-saat indah dimana kita punya banyak waktu kosong untuk memproyeksikan apa yang mau direncanakan (sangat berbeda saat kuliah yang jadwal kita diatur dengan sendirinya oleh deadline tugas).

Singkat cerita, memasuki TO (Try Out) saya selalu berusaha maksimal dengan mempelajari soal terlebih dahulu (minimal nyicil dari buku detik-detik -> buku ajaib bagi orang males macam saya). Salah satu prinsip saya, tidak boleh jatuh di lubang yang sama. Saat kita salah di satu soal, tak boleh salah di soal selanjutnya apabila muncul tipe yang sama. Alhamdulillah, dengan cara ini singkat cerita saya bisa mendapatkan NEM UN 57,05. Kata salah satu guru NF, "TO adalah saat untuk menghabiskan 'jatah' salah, karena saat jatah salah sudah habis, nantinya di ujian sebenarnya hanya ada jatah benar".

Masuk ke saat-saat pasca-UN, kembali memompa semangat dengan ikut Bimbel di Bimbel Nurul Fikri. Lembaga yang sangat baik telah mengantarkan saya hingga saat ini. Benar-benar tak terlupakan rasanya, belajar dua bulan penuh, satu minggu 6 kali masuk (hanya libur di hari Jumat) menimba ilmu bersama kawan-kawan lannya. Di sini pula saya mendapat banyak illmu kehidupan, dari kakak-kakak Ronin yang berbagi pengalaman bagaimana kisah pelik menghadapi ujian dan sebagainya.

Di NF ini, saya juga mengikuti kelas SIMAK UI. Akibatnya saya tidak punya waktu libut selain belajar di tempat Bimbel hahaha, tapi saya jalankan itu semua dengan senang hati, memiliki teman-teman yang juga merajut mimpi yang sama membuat saya sedikitpun tidak pernah merasa terbebani. Saya selalu kembali usahakan untuk fokus belajar di tempat Bimbel. Dulu sebelum pengunguman SNMPTN, saya selalu pulang bimbel dari pukul 7 hingga 10 pagi hahaha merupakan saat-saat yang percaya diri mengingat saya memilih FK-Undip, ekspektasi saya merasa diterima. Tapi itu semua berubah ketika website SNMPTN berkata sebaliknya,

Saya tidak diterima haha (Alhamdulillah). Dari situ juga merupakan turning point saya untuk bimbel lebih giat. Dulu saya masuk jam 7 pagi. Semenjak tidak diterima di SNMPTN, saya pulang jam 7 malam. Terima kasih SNMPTN (?). Akhirnya saya mendaftar SBMPTN dan mendapat lokasi di SMKN 1 Jakarta. Awalnya saya panik, tidak tahu itu dimana, dan sangat jauh. Setelah berdiskusi dengan ibuku, ternyata beliau juga tes PTN di sana (entah dulu namanya masih apa). Saya pikir ini momen yang bagus, untuk mengulang sejarah.

Akhirnya singkat cerita hari menjelang SBMPTN telah datang. Saya sebelumnya telah survei sendiri (tanpa orang tua) bersama teman-teman bimbel yang Alhamdulillah ada juga yang berlokasi di sana. Saya benar-benar memiliki prinsip tidak ingin merepotkan orang tua. Saya pergi naik kereta subuh hari, mengerjakan soal -yang sangat sulit, sangat sulit perlu digarisbawahi- selama dua hari. Perlu dicatat, persepsi saya dengan realita sangat jauh banget berbeda. TPA mungkin masih dalam lingkup yang bisa di-handle (walau saya mengerjakan 74 soal,  padahal ada 1 soal yang salah soal tapi tetap saya jawab -dengan asumsi-, dan ternyata saya baru menyadari satu persatu jawaban yang benar berseliweran setelah selesai, membuat sangat stres). Bidang dasar dan MIPA sangat jauh dari perkiraan, sulit, sangat sulit apalagi kimianya tingkat OSN (saya pikir trik panitia, pelajaran: jangan sangat berharap mengandalkan 1 pelajaran), benar-benar sebuah ujian mental dibandingkan ujian sesungguhnya.

Akhirnya singkat cerita, sepulangnya dari tes, ada brosur. Ternyata brosur dari Bimbel NF, di belakangnya terdapat kunci TPA dan bidang dasar. Ternyata di depannya adalah tulisan "Jangan khawatir, masih ada tahun depan -> Program Ronin" benar-benar sebuah trik promosi yang sangat mantap saya pikir, pas dibagikan ketika mental sudah hancur. Akhirnya saya pun pulang dan mempersiapkan untuk tes selanjutnya SIMAK UI dan UM Undip.

Ternyata Alhamdulillah saya lolos di SBMPTN. Syukur tak terkira ketika membuka website hasil pengunguman. Satu hal yang benar-benar saya ambil pelajarannya, usaha saya mungkin hanya sekitar 1%, sisanya Allah yang menentukan. Allah tidak menilai hasil dari kerja hamba-Nya, tetapi bagaimana usaha dan proses yang telah dilakukan hamba-Nya tersebut dalam menggapai tujuannya. Saya sangat merasa suram, mencocokkan jawaban dan bertanya teman lain, saya sudah berpikir tidak akan lolos di pilihan 1. Tapi saya senantiasa solat malam di malam-malam ujian, setelah ujian, hingga pengunguman. Menjaga semangat ibadah, setelah kita berusaha dan berikthiar dan memang tidak ada lagi usaha yang dapat kita lakukan selain beribadah kepada-Nya, untuk menunggu pengunguman takdir yang telah Ia rencanakan. Subhanallah.

Hasil bagus memang perlu. Tapi usaha dan proses mencapainya dengan maksimal itu lebih penting. Selalu ingat dan jaga idealisme, bahwa manusia bukanlah makhluk yang kuat. Hanya Allah yang dapat menentukan, tugas manusia sebatas berusaha dan berdo'a kepada-Nya.

Alhamdulillah.