Indonesia adalah negara dengan populasi terbanyak ke-4, kita semua tau itu. Tapi tidak semua kita tahu apa yang dapat diperoleh dari potensi dengan penduduk sebanyak 250juta jiwa, dimana jika tiap penduduk membayar 2000 rupiah maka akan terkumpul uang 500miliar secara instan, hanya Rp2000! Kalau saja setiap orang Indonesia menyisihkan 2000 perharinya untuk disumbangkan, tidak terhitung lagi jumlahnya dalam setahun. Itu untuk uang, belum jika tiap orang Indonesia menyumbang 1butir beras perhari, dan sebagainya, dan sebagainya.
2000 rupiah, benarkah itu angka yang kecil?
Dalam bidang kesehatan, apa yang kita dapatkan dengan uang sekecil ini? Bahkan sebuah abate (sejenis kaporit untuk mencegah nyamuk) satu bungkus kecilnya adalah 3000rupiah, sedangkan dianjurkan digunakan 10 abate untuk satu buah bak mandi.
Dan pepatah orang miskin dilarang sakit memang benar kenyataanya, terlebih orang pedalaman yang miskin. Ya! Ribuan orang Indonesia memimpikan dirinya menjadi dokter, dengan anggapan kerjanya mudah, asik, dan berdalil ingin memajukan kesehatan di Indonesia. Tapi jika ada kebijakan bahwa setiap dokter harus berani berkorban untuk ditugaskan ke wilayah pelosok yang sulit diakses untuk kesehatan, apakah ribuan orang itu tetap berpikir ingin menjadi dokter (sebagian besar dari mereka ingin menjadi dokter yang bekerja di rumah sakit berfasilitas keren, berbalut jas keren, dan disegani) yang memajukan kesehatan Indonesia? Hanya dokter sejati yang tidak akan ragu.
Karena memang begitulah kenyataannya di Indonesia, kesenjangan dalam pemerataan dokter sangat tinggi. Banyak dokter di kota, dan minim di desa. Di daerah-daerah pedalaman, yang mereka sudah cukup menderita untuk hidup, ditambah jika mereka sakit, sulitnya akses kesehatan membuat mereka tidak punya pilihan, kematian adalah jawaban yang terbaik.
Kasus kedua, kesehatan di Indonesia tidak akan maju jika yang ada dalam otak seorang dokter hanyalah duit, menjadi kaya, kerja enak dan hidup terpenuhi. Sehingga orang yang sakit saat berobat ke dokter harus bertambah sakit karena begitu mahalnya kesehatan di Indonesia, dan tidak becusnya dokter dalam menangani mereka (well, tidak semua, sebagian besar). Sehingga bagi mereka yang pas-pasan memilih untuk tetap dirawat di rumah, karena lebaynya dokter kita, dan mereka yang berduit memilih keluar negeri ini. Bukan karena fasilitas di sana lebih komplit, semata-mata bukan. Namun karena dokter di luar sana serius dan mempertaruhkan nyawanya demi seorang pasiennya.
Inikah parodi kesehatan di negeri ini?
Wahai kalian yang termasuk ribuan orang itu, bacalah ini, berpikirlah kembali, dan jangan takut karena Yang Maha Mendengar bersama kita. Bulatkan semangat, kuatkan tekad!!!
An Article Created by Fadhli Waznan